Thursday, January 14, 2021

Long Gone and Moved On (Bukan Judul Lagu)

Hari keempat belas di bulan pertama tahun 2021, gue bisa-bisanya baru baca DM dari salah satu temen gue yang dikirim hampir sebulan lalu, tentang penilaian dia terhadap gue. Terus bisa-bisanya, gue memvalidasi apa yang dia sebutin di dalam DM itu. We do it best when it comes to observing others, don't you think?

Gue nggak baru ngelakuin sesuatu yang besar-besar banget untuk dunia, tapi besar banget untuk kenyamanan gue, yang mana nggak mungkin gue ceritain di sini. Setelah gue ngelakuin hal itu, salah satu hal yang gue lakukan adalah ngasih tau beberapa orang terdekat gue tentang apa yang baru gue lakuin. Semuanya kasih dukungan penuh, cuma ada satu orang yang juga sekaligus ngasih pandangan kenapa gue do this, do that. 

Semua hal yang gue rasa gue bisa tumpahin, gue buka ke dia. Motif dari apa yang gue lakuin juga dia pun akhirnya tau. Sayangnya, temen gue yang ini pinter dan cukup observant, jadilah dia memberikan hasil penilaian dia terhadap gue yang bahkan sebelumnya gak pernah terbersit di otak gue.

"Tapi ya Naf, ini pandangan gue. Kayaknya karena lu terbiasa tiap pindah jenjang masuk ke lingkungan yang super baru tanpa/minim kenalan dari jenjang sebelumnya, lu cenderung cepet move on deh. Cepet move on ini yang bikin lu terlihat mudah mingling, tapi padahal lu gak merasa mereka semua sebenernya deket sama lu ya wkwkwk."

Ha......ha......ha. Coba dong, ada yang bisa kasih hasil observasi lebih absah daripada ini gak? Gue selalu bertanya-tanya sama diri sendiri, kenapa gue jarang merasa nyaman sama sesuatu (apalagi seseorang) ya? Bahkan orang terdekat sekalipun. Takut sih ini jadi penyakit, tapi setelah dipikir-pikir, trait gue dari gue lulus SD (sejauh yang gue inget ya, gue gak inget momen lulus-lulusan pas gue TK) begitu bentuknya.

Ternyata jawabannya sesederhana karena gue gak menaruh banyak emosi di dalam setiap jenjang hidup gue kali ya, walaupun sebenernya gue lumayan sentimentil, tapi di sisi lain, gue juga tipe orang yang pelupa. Remembering details ain't my virtue.  

Masih dari pendapat orang yang sama, dia lanjut ngomong gini setelah gue kasih lampu hijau terkait pandangan dia. "Cuma lu hati-hati tau, Naf. Takutnya kayak ada yang merasa apa ya, abis manis sepah dibuang. Though, knowing you, you wouldn't care sih wkwk". 

Lagi-lagi, ha.......ha.......ha. Kalimat terakhirnya emang agak :) tapi dia lagi-lagi gak meleset. I could say I master the art of losing friends, jadi gue melengos aja sih kalo bener ada yang pernah merasa di-abis-manis-sepah-dibuang-in gue. No biggie. At all. Toh pada akhirnya, gue ke temen yang itu lagi, itu lagi, karena gue udah merasa nyaman sama yang udah gue punya. Hehe, bahaya. Tuh, lebih bahaya kalo gampang merasa nyaman sama sesuatu daripada sebaliknya. There, my two cents.

Ada lagi yang sebenernya gue takutin dari ini semua. Takut merasa dingin, gak punya perasaan terhadap apapun, tidak punya beban untuk melekatkan emosi terhadap suatu hal. Lebih serem sih. Sebenernya gue tau akar permasalahannya di mana.




....ya dari ketidakpedulian dan kemudahan gue untuk berpaling itu lah. Apalagi.

No comments:

Post a Comment