Menjadi perempuan itu sulit. Banyak ekspektasi yang selalu menempel kepada setiap dari kami, mulai dari yang terduga ataupun di luar nalar. Perempuan atas hak dirinya, perempuan atas kendali tubuhnya, tidakkah mereka punya kedaulatan terhadap raga yang mereka semayami? Saya kira, stigma perempuan tanpa laki-laki adalah perempuan lemah sudah berhenti di kala maraknya gerakan feminisime akhir-akhir ini. Seolah-olah perempuan adalah makhluk melempem, tak berdaya dan memalukan apabila belum terlihat dekat atau tidak secara terang-terangan dekat dengan laki-laki dalam konteks romansa. Sudah dilabeli "tidak laku" ditambah pula dengan segelintir body shaming yang menurut mereka adalah penyebab perempuan tersebut belum kunjung memiliki pasangan. Seakan-akan perempuan tidak bertanggungjawab atas dirinya sendiri.
Belum genap usia mencapai angka 20, sudah ada saja tekanan baru mengenai suatu hal yang enggan saya pikirkan sekalipun, memiliki pasangan saat wisuda. Salah satu kolega laki-laki saya membuat saya tergerak menuliskan ini semua. Ujarannya tidak menohok, hanya sebatas, "Jangan sampai wisuda sendiri, tapi gak apa-apa, sih!" Tetapi kalimat yang diikutinya berupa, "Jadi perempuan itu yang kalem, kalo ngomong jangan jahat-jahat (mungkin maksudnya nyinyir atau julid.)"
Mengapa menjadi sebuah anomali ketika seorang perempuan mampu mengekspresikan dirinya di luar stigma yang menempel pada kaumnya? Mengapa tidak pernah saya dengar komentar seperti itu kepada laki-laki yang notabenenya juga harus menjaga sikap dan perasaan diri dan orang lain? Ekspektasi apalagi yang dilekatkan kepada perempuan untuk kembali memuaskan hasrat dan keinginan para kaum Adam?
Orang tua saya tidak pernah sedikitnya mendukung gerakan wanita yang tidak memiliki pasangan adalah wanita lemah. Bukan, bukan Islam konservatif, tetapi mempercayai perempuan mampu berdiri sendiri tanpa harus menjadi kalem, lunak dan lembut seperti apa yang didambakan kebanyakan laki-laki kepada kami. Pesan saya kepada laki-laki di luar sana yang berpikir demikian seperti kolega saya, belajarlah untuk melihat perempuan lebih daripada komoditi pemuas hasratmu dan pelayanmu, niscaya kamu tau bahwa perempuan lebih dari label tenang, lembut, dan kalem.
Salam, saya yang jengah dengan ekspektasi lingkungan mengenai bagaimana perempuan harus bersikap.
No comments:
Post a Comment